Integrasi Ilmu dalam Pendidikan
Abstract
Integrasi keilmuan lahir dari pemikiran tentang adanya fakta pemisahan (dikotomi) antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Banyak faktor yang menyebabkan ilmu-ilmu tersebut dikotomis atau tidak harmonis, antara lain karena adanya perbedaan pada tataran ontologis, epistemologis dan aksiologis kedua bidang ilmu pengetahuan tersebut. Dampak dari dikotomi seperti ini akhirnya melahirkan out put pendidikan yang tidak utuh dan memiliki ketimpangan antara sains dan moral etik, padahal dalam suatu statement yang dikatakan oleh Albert Einstein “ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh”. Dalam rangka memberikan sentuhan spiritual terhadap sains ini maka diperlukan adanya integrasi ilmu. Integrasi yang dimaksud adalah memasukkan nilai-nilai substantif dari Islam ke dalam bangunan keilmuan baik pada level epistemologi, ontologi, maupun aksiologi.Dalam pelaksanaannya terdapat dua model integrasi ilmu yang dilakukan oleh para pakar, yaitu yang pertama dengan cara islamisasi imu-ilmu umum, dan yang kedua dengan cara pilihan apabila dapat diintegrasikan maka dilakukan integrasi, akan tetapi jika tidak dapat diintegrasikan maka dilakukan dialog atau interkoneksi.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.